Senin, 06 April 2009

ANGGARAN MEMBENGKAK

Libur Kompetisi Selama Pemilu

koncomacan - Penundaan pertandingan di Indonesia Super League (ISL) karena pemilihan legislatif akhirnya benar-benar terjadi. Menurut Sekretaris Umum Persik Barnadi, keputusan penundaan kompetisi itu diputuskan dalam rapat antara Badan Liga Indonesia (BLI), Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), dan perwakilan tim-tim dari ISL di Surabaya kemarin malam. "Sesuai keputusan tadi malam, kompetisi ditunda," ungkap Barnadi ketika dihubungi via ponselnya kemarin.

Penundaan ini otomatis membuat membuat beban klub bertambah. Karena kompetisi menjadi lebih lama dari jadwal yang telah ditentukan. "Kalau ditunda, otomatis ada pembengkakan dana," ujar Barnadi.
Pembengkakan dana tersebut, kata Barnadi mulai dari latihan hingga pertandingan. Sayang, untuk berapa pembengkakan dana ini belum bisa diketahui berapa jumlahnya. "Kami belum menghitung berapa pembengkakannya," ujarnya.


Barnadi mengatakan pembengkakan anggaran sudah dirasakan Persik sehari sebelum pertandingan Persik melawan Persija (15/3). Karena sebelumnya, Macan Putih sudah melayani tamunya Persija, seperti antar-jemput tim tamu. Sehingga jika nanti pertandingan lagi antara Persik melawan Persija maka pengeluaran akan menjadi dua kali lipat. "Sebenarnya menyayangkan, karena pasti ada pengeluaran tambahan. Namun, hal ini sudah jadi keputusan bersama, kita harus menerima," ujar pria yang juga Ketua PSSI Pengkot Kediri tersebut.

Disinggung mengenai jadwal baru, Barnadi mengatakan bahwa hal tersebut masih dibicarakan. Jadwal baru, mungkin akan keluar dalam beberapa hari lagi. "Jadwalnya belum keluar, mungkin 2 atau 3 hari lagi," tambahnya.

Sementara itu, rombongan Persija yang sudah berada di Kediri sejak Kamis (12/3) akhirnya memutuskan pulang. Rencananya mereka akan kembali ke ibu kota pagi ini.

Cari Alternatif Gali Dana Lagi

BADAN Liga Indonesia (BLI) memutuskan bahwa pertandingan di masa kampanye pemilihan legislatif (pileg) akan dilakukan secara sentralisasi. Nah, bak dua sisi mata uang, sentralisasi pertandingan membawa efek ganda.

Di satu sisi, hal tersebut menjadi jaminan bahwa kompetisi tidak akan molor. Jaminan tersebut merupakan kabar baik bagi klub-klub yang diliputi ketakutan harus membayar pemain seandainya kompetisi berakhir berlarut-larut.

Di sisi lain, sentralisasi mendatangkan kerugian bagi klub-klub yang seharusnya berstatus tuan rumah. Mereka bakal bertanding seperti di kandang lawan. Buntutnya, klub-klub tersebut kehilangan sumber pandapatan dari tiket pertandingan.
Memang, BLI bakal mengganti kerugian atas kehilangan "hak tuan rumah" senilai Rp 75 juta. Tapi, nominal tersebut tentu timpang jika dibandingkan seandainya mereka mengadakan laga di kandang.

Itu sebuah pukulan telak bagi klub-klub yang mempunyai suporter melimpah. "Kami jelas mengalami kerugian dengan hanya mendapatkan dana Rp 75 juta. Sebab, saat bertanding di Kanjuruhan, kami biasanya mendapatkan pemasukan sekitar Rp 400 juta," terang M. Taufan, asisten manajer Arema Malang.

Suara senada dinyanyikan Sriwijaya FC Palembang. Tim berjuluk Laskar Wong Kito itu setidaknya kehilangan Rp 125 juta karena sentralisasi tersebut. Biasanya, setiap kali SFC berlaga di Gelora Jakabaring, Palembang, para suporter memberikan sumbangsih sebesar Rp 250 juta.

"Kami juga kehilangan dukungan suporter yang sebenarnya bisa membantu meningkatkan permainan anak-anak," terang Hendri Zainudin, direktur teknik SFC.
Imbasnya, klub-klub pun harus kreatif untuk menggali dana sebagai ganti kerugian tersebut.

Comments :

0 komentar to “ANGGARAN MEMBENGKAK”

Posting Komentar

Waktu Anda

 

Copyright © 2009 by persikmania sejati dan persik kediri